“Kualitas air tambak berperan besar
dalam keberhasilan budi daya rumput laut Gracilaria,” papar Idham Malik
(WWF-Indonesia) siang itu (15/05), di hadapan lima belas petani tambak yang
tergabung dalam Kelompok Samaturu’e. Sekretariat kelompok pembudidaya rumput
laut Gracilaria di Desa Soreang, Kecamatan Mappakasunggu ini menjadi lokasi
digelarnya pelatihan tambak mengenai pentingnya menjaga kualitas air.
Kelompok Samaturu’e adalah kelompok
binaan WWF-Indonesia bersama Celebes Seaweed Group (CSG) di Kabupaten Takalar,
Sulawesi Selatan. Luas lokasi budi daya rumput laut milik kelompok ini mencapai
20 hektar, dengan potensi yang sangat besar. Dalam satu siklus panen, mereka
bisa memproduksi hingga 400 kg hingga 1 ton rumput laut.
Namun, topografi lokasi menyebabkan
rendahnya volume air yang masuk ke dalam tambak para petani. Sehingga, terjadi
fluktuasi salinitas air yang cukup tinggi.
Padahal, kualitas air merupakan salah satu faktor yang memiliki peran
penting dalam keberhasilan budidaya rumput laut Gracilaria.
Karenanya, sebagai bagian dari
rangkaian program perbaikan budi daya, kami mengawal kelompok untuk secara
bertahap memiliki wawasan lebih mengenai praktik budidaya Gracilaria terbaik.
Salah satunya adalah melalui rangkaian pelatihan awal. Nantinya, pengukuran
kualitas air dilakukan setiap minggu untuk dijadikan bahan evaluasi pada
pertemuan bulanan kelompok.
Pengontrolan kualitas air dalam
kegiatan budi daya diperlukan tak hanya untuk mencegah serangan hama dan
penyakit, tetapi juga menstimulus pertumbuhan rumput laut. Sehingga, kuantitas
produksi dan kualitas Gracilaria yang dihasilkan pun akan optimal.
Kualitas air dalam perikanan dapat
diukur melaluitiga parameter, yaitu parameter fisik, kimia, dan biologi.
Parameter fisik berupa kondisi air yang dapat diukur melalui wujudnya,seperti
warna air, bau, suhu.Parameter kimia berupa kondisi air yang hanya dapat diukur
menggunakan alat atau dengan pemanfaatan senyawa kimia seperti salinitas, pH,
nitrat, posfat, oksigen terlarut. Sedangkan, parameter biologi terkait kondisi
air yang dipengaruhi oleh organisme renik yang hidup di air berupa kepadatan
plankton.
Pada pelatihan ini, petambak diberi
pemahaman tentang pentingnya menjaga kondisi kualitas air dalam kegiatan budi
daya Gracilaria. Mereka belajar langsung
bagaimana mengukur kualitas suhu dan pH air dengan pH meter, serta pengukuran
salinitas dengan hand refractometer. Parameter kualiatas air tersebut merupakan
parameter yang berperan pada pertumbuhan rumput laut Gracilaria yang
dibudidayakan dalam tambak.
“Kualitas air yang buruk dapat
berakibat fatal bagi rumput laut,” ungkap Idham Malik. “Interaksi antara inang,
pathogen, dan kualitas air yang buruk akan menyebabkan organisme budidaya
rentan terhadap serangan penyakit. Misalnya saja, pertumbuhan lumut yang
menjadi hama bagi budidaya,” lanjut ia.
Harapan besar kami, setelah
pelatihan ini, seluruh petambak Kelompok Samaturu’e akan lebih sadar untuk
memperhatikan kualitas air tambak mereka. Tentunya, agar Gracilaria produksi
Mappakasunggu dapat berkompetisi di industri, dengan menyuplai hasil budi daya
terbaik, yang datang dari kualitas air tambak yang dijaga bersama oleh
petaninya.
Sumber : http://www.seafoodsavers.org/news/bersama-menjaga-kualitas-air-kunci-kemajuan-budidaya-rumput-laut-di-takalar/
Sumber : http://www.seafoodsavers.org/news/bersama-menjaga-kualitas-air-kunci-kemajuan-budidaya-rumput-laut-di-takalar/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar